Jumat, 15 Maret 2013

Gift

Dear : Mr.R (˘⌣˘)ε˘`)


Selamat Ulang Tahun teruntuk dirimu di sana. :)

Semoga dengan bertambahnya usia menjadikan kamu insan yang mulia, semakin disayang Allah dan menyayangi Allah, semakin umurnya berkah, pahalanya bertambah, segala urusan dipermudahkan Allah.

Tiada kado yang lebih berharga dihari ulang tahunmu,
Selain kata-kata "Selamat Ulang Tahun",
Tiada doa yang bisa kupanjatkan,
Selain doa semoga panjang umur dan bahagia.

Semoga akal semakin luas dan cerdas,
semoga hati semakin bersih dan bijak,
semoga jasad semakin cekatan dan terampil dalam berbuat kebajikan.

Sucikan diri dengan wudhu.
Bersihkan jiwa dengan shalat.
Sucikan hati dengan keikhlasan.
Sucikan usia dengan cintamu.
Selamat ulang tahun Kekasihku.

Semoga di hari ini/hari ulang tahunmu dan seterusnya Allah Swt senantiasa memberikan
Taufik, Rahmat, Berkah, Lindungan & Keselamatan, Rejeki & Hidayah, serta Ridho-Nya.
Semoga apa yang kamu cita-citakan dan kamu harapkan dapat terwujud.
Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin..
:)

Aku menyayangimu karena Allah. :)

Nan Noel Jeongmal Sarannghae :)

15 Maret


GARIS HIDUP 7

Mereka yang angka garis hidupnya 7, berjiwa damai dan penyayang, tapi
analitis dan tidak terlalu terbuka. Kekuatan hebat dalam diri Anda terlihat
pada dalamnya cara berpikir, Anda selalu mengumpulkan pengetahuan baru dalam
setiap hal yang Anda temukan. Seorang intelektual, ilmiah, dan selalu
mencari ilmu.

Anda tidak akan menerima begitu saja sebuah pandangan tanpa mengetesnya dan
memperoleh konklusi sendiri. Angka ini juga bersifat spiritual dan sejak
kecil sudah menunjukkan kebijaksanaan. Anda butuh ketenangan agar bisa
mengenali isi hati Anda.

Keramaian, banyak orang, bukan hal yang disukai. Dalam bekerja, Anda akan
mengerjakannya sampai selesai, karena Anda seorang perfeksionis yang
mengharapkan tiap orang memenuhi standar performa yang tinggi. Anda
mengevaluasi situasi dengan cepat dan benar.

Pengalaman-pengalam an dan intuisi memandu Anda dalam bertindak. Anda tidak
mudah percaya pada saran orang lain. Memang dugaan-dugaan Anda seringkali
tepat, dan karena Anda tahu benar akan hal ini, Anda selalu mengikutinya.
Mudah bagi Anda untuk mengetahui adanya kebohongan dan Anda bisa mengenali
mana orang-orang yang jujur, mana yang tidak.

Tidak banyak teman Anda, tapi sekali Anda menerima seseorang sebagai teman,
itu untuk seumur hidup. Anda sama sekali bukan seseorang yang senang
berkumpul dengan orang banyak, dan sikap Anda yang tertutup dianggap sebagai
mengambil jarak. Itu tidak benar sama sekali, Anda memang senang menyendiri,
jauh dari segala keramaian kehidupan modern.

Dalam banyak hal, Anda lebih cocok hidup di jaman yang jauh sebelum masa
sekarang. Jika energi angka 7 dalam garis hidup ini digunakan secara
negatif, Anda menjadi seorang pesimis, tidak pedulian, mudah berselisih, dan
penuh rahasia. Bila individu ini tidak menjalani hidup dengan benar dan
tidak belajar dari pengalaman, Ia menjadi sebuah pribadi yang sulit karena
tidak bisa memikirkan kepentingan orang lain.

Kepribadian garis hidup 7 ini egois dan manja. Jika Anda merasa memiliki
sifat-sifat ini, sulit untuk menghapusnya dengan mudah karena Anda merasa
bahwa sudah seharusnya dunia selalu memperlakukan Anda dengan baik.
Untungnya, sifat negatif 7 ini bukanlah karakter yang umum. Emosi angka ini
seringkali ekstrim, berada di titik rendah pada satu saat, kemudian tinggi
di saat berikutnya. Jarang stabil.



25 - 31 Jan, 13 - 15 Maret, 22 - 30 Mei, 28 - 31 Okt, 1-16 Nov = singa
Singa
Berlawanan dengan watak Singa, Anda adalah pecinta damai. Anda berusaha menghindari situasi konfrontatif. Sebagai pribadi dinamis, tak betah berlama-lama di satu tempat untuk waktu lama. Anda terlahir sebagai pemimpin, dan sudah terlihat di lingkungan. Anda suka dicintai dan orang mudah jatuh cinta pada Anda. Tapi hati-hati, orang suka mengambil keuntungan dengan cara merayu Anda habis-habisan. Makanya hati-hati.




watak
15 Maret   Amat simpatik dan menarik perhatian umum. Karena kesukaannya akan kesenian, ia bisa cocok jika bekerja di lapangan musik, drama dan film. Umumnya ia bisa memperoleh banyak rejeki.





Sikap yang Islami Menghadapi Hari Ulang Tahun



Ada hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang mengajak untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat masih bermain dengan ceria menikmati masa kecil. Ketika hari itu datang, manusia pun kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali tahun-tahun yang telah dilaluinya di dunia. Ya, hari itu disebut dengan hari ulang tahun.
Nah sekarang, pertanyaan yang hendak kita cari tahu jawabannya adalah:
Bagaimana sikap yang Islami menghadapi hari ulang tahun?
Jika hari ulang tahun dihadapi dengan melakukan perayaan, baik berupa acara pesta, atau makan besar, atau syukuran, dan semacamnya maka kita bagi dalam dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama, perayaan tersebut dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada doa-doa atau bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau juga dengan ritual seperti mandi kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa namun dengan keyakinan hal tersebut sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah. Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama. Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]
Perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa, karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)
Kemungkinan kedua, perayaan ulang tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied, misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka Islam pun memiliki Ied sendiri. Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.
Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahllah- menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.
Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id]

Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah:
tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.

Wallahu’alam.
Sumber:
Penulis: Yulian Purnama




Kamis, 14 Maret 2013

Hari Ulang Tahun Menurut Pandangan Islam


Ø  Dalam Islam tidak ada namanya merayakan ulang tahun, tetapi seharusnya bersedih karena umur kita di dunia ini telah berkurang.
Apabila merayakannya itu terlebih dengan meminta doa dari sanak saudara & kerabat agar Allah memberikan keselamatan & rejeki untuk tahun” kedepannya.

Ø  Hukum merayakan ulang tahun memang tidak didapat nash yang secara langsung melarangnya dan juga menganjurkannya. Hal itu dikembalikan kepada tradisi masyarakat setempat. Dengan catatan, tidak ada mata acara dan perilaku yang bertentangan dengan aturan Islam.

Kita tidak menemukan riwayat yang menceritakan bahwa setiap tanggal kelahiran Rasulullah SAW, beliau merayakannya atau sekedar mengingat-ingatnya. Begitu juga para shahabat, tabiin dan para ulama salafusshalih. Kita tidak pernah dengar misalnya Imam Abu Hanifah merayakan ulang tahun lalu potong kue dan tiup lilin.

Namun bila ulang tahun itu lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya, apalagi menghabiskan biaya yang cukup besar, maka lebih bijaksana bila tidak dirayakan secara berlebihan.
Karena itu bila dalam sebuah rumah tangga islami ingin diterapkan pola kehidupan yang Islami, menyelenggarakan ulang tahun anak bukan alternatif yang paling baik. Ini bukan berarti tradisi saling memberi hadiah tidak boleh, atau merenungi dan mensyukuri karunia yang Allah berikan tidak diizinkan. Hanya untuk melakukan aktifitas itu kan tidak harus dalam format ulang tahun.

Wallahu a‘lam bishshowab.

http://syariahonline.com/new_index.php/telusuri/view/find/ulang/ke/all/kategori/all/limit/100

Ø  Dalam catatan di Tabloid NOVA, 679/XIV, 4 Maret 2001, ternyata tradisi perayaan ulang tahun sudah ada di Eropa sejak berabad-abad silam. Orang-orang pada zaman itu percaya, jika seseorang berulang tahun, setan-setan berduyun-duyun mendatanginya. Nah, untuk melindunginya dari gangguan para makhluk jahat tersebut, keluarga dan kerabat pun diundang untuk menemani, sekaligus membacakan doa dan puji-pujian bagi yang berulang tahun. Pemberian kado atau bingkisan juga dipercaya akan menciptakan suasana gembira yang akan membuat para setan berpikir ulang ketika hendak mendatangi orang yang berulang tahun. ini memang warisan zaman kegelapan Eropa.

Berdasarkan catatan tersebut, awalnya perayaan ulang tahun hanya diperuntukkan bagi para raja. Mungkin, karena itulah sampai sekarang di negara-negara Barat masih ada tradisi mengenakan mahkota dari kertas pada orang yang berulang tahun. Namun seiring dengan perubahan zaman, pesta ulang tahun juga dirayakan bagi orang biasa. Bahkan kini siapa saja bisa merayakan ulang tahun. Utamanya yang punya duit.

Jadi, Tradisi Ulang Tahun sama sekali tidak memiliki akar sejarah dalam Islam. Islam tak pernah diajarkan untuk merayakan ulang tahun. Kalo pun kemudian ada orang yang berargumen bahwa dengan diperingatinya Maulid Nabi, hal itu menjadi dalil kalo ulang tahun boleh juga dalam pandangan Islam. Maka ini adalah argumen yang gegabah.

Karena pasti Rasulullah sendiri tak pernah mengajarkan kepada kita melalui hadisnya untuk merayakan maulid Nabi. Maulid Nabi, itu bukan untuk diperingati, tapi tadzkirah, alias peringatan. Maksudnya? Kalo kita baca buku tarikh Islam, di situ ada catatan bahwa Sultan Shalahuddin al-Ayubi amat prihatin dengan kondisi umat Islam pada saat itu. Di mana bumi Palestina dirampas oleh Pasukan Salib Eropa. Sultan Shalahuddin menyadari bahwa umat ini lemah dan tidak berani melawan kekuatan Pasukan Salib Eropa yang berhasil menguasai Palestina, lebih karena mereka udah kena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati). Mereka bisa begitu karena mengabaikan salah satu ajaran Islam, yakni jihad. Bahkan ada di antara mereka yang nggak ngeh dengan perjuangan Rasulullah dan para sahabatnya.

Untuk menyadarkan kaum muslimin tentang pentingnya perjuangan, Sultan Shalahuddin menggagas ide tersebut, yakni tadzkirah terhadap Nabi, yang kemudian disebut-entah siapa yang memulainya-sebagai maulid nabi. Tujuan intinya mengenalkan kembali perjuangan Rasulullah dalam mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Singkat cerita, kaum muslimin saat itu sadar dengan kelemahannya dan mencoba bangkit. Karuan aja, berkobarlah semangat jihad dalam jiwa kaum muslimin, dan bumi Palestina pun kembali ke pangkuan Islam, tentu setelah mereka mempecundangi Pasukan Salib Eropa. Jadi, Maulid nabi bukan dalil dibolehkannya pesta ultah.

Kita kembali ke soal pesta ultah ini. Jadi pesta ultah itu bukan warisan Islam. Tapi warisan asing, alias ajaran di luar Islam. Lalu gimana kalo kita melakukannya? Berdosakah? K arena tradisi itu adalah tradisi orang-orang Eropa, yang saat itu berkembang ajaran Kristen, maka pesta ultah tentu saja merupakan tradisi kaum non-muslim. Kalo kita melakukannya? Dosa dong.

Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka.” (HR. Abu Dawud).

Rasulullah SAW bersabda : “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya : Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR. Bukhari Muslim).

Dari sini jelas bahwa hukum merayakan Ulang Tahun adalah HARAM!!! BERDOSA!!!

Mungkin ada pertanyaan begini, “Bolehkah merayakan ulang tahun dalam arti berdoa atau mendoakan agar yang berulang tahun selamat, sehat, takwa, panjang umur, dan seterusnya. Semua itu dilakukan dengan cara dan isi doa yang syar’i, tanpa upacara tiup lilin dan sebagainya seperti cara Barat, lalu dilanjutkan acara makan-makan. Bolehkah?”

Jawabannya, berdoa dan makan-makan adalah halal. Tetapi bila dilakukan pada hari seseorang berulang tahun, maka akan terkena hukum haram ber-tasyabbuh bil kuffar. Jadi di sini akan bertemu hukum haram dan halal. Dalam kondisi seperti ini wajib diutamakan yang haram daripada yang halal sebab kaidah syara’ menyebutkan : “Idza ijtama’a al halaalu wal haraamu, ghalaba al haramu al halaala.” Artinya, “Jika bertemu halal dan haram (pada satu keadaan) maka yang haram mengalahkan yang halal.” (Kitab as-Sulam, Abdul Hamid Hakim).

Dengan demikian, jika merayakan ultah diartikan sebagai “berdoa dan makan-makan”, dan dilaksanakan pada hari ultah, hukumnya haram, sesuai kaidah syar’i di atas. Akan tetapi jika dilaksanakan bukan pada hari ultah, maka hukumnya –wallahu a’lam bi ash shawab– menurut pemahaman kami adalah mubah secara syar’i. Sebab hal itu tidak termasuk tasyabbuh bil kuffar karena yang dilakukan pada faktanya adalah “berdoa plus makan-makan”, yang mana keduanya adalah boleh secara syar’i. Lagi pula hal itu dilakukan tidak pada hari ultah sehingga di sini tidak terjadi pertemuan halal dan haram sebagaimana kalau acara tersebut dilaksanakan pada hari ultah. Wallahu a’lam.

almanhaj.or.id