“Sesunguhnya mansuia itu diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah lagi kikir” (Qs. Al-ma’arij:19).
Keluh kesah adalah ekspresi jiwa yang sehat manakala berhadapan dengan masalah hidup. Rahasia orang sukses dalam membunuh keluh kesahnya, "ia berbicara dengan dengan dirinya, berkata dengan hatinya, lalu dengan itu ia mengendalikan jiwanya."
Ada yang mengatakan kalau kesah itu potret ketidakdewasaan. Sebab keluh
kesah memberi ruang pelampiasan psikologis sesaat atas segala macam
kekesalan. Keluh kesah bisa berupa ungkapan yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan yang dikecewakan ataupun berupa kegelisahan dan
kegundahan hati.
Kegelisahan negative justru berakumulasi pada
prilaku tidak manusiawi. Saat kesal, marah menyebabkan prilaku tidak
terhormat keluar berbagai kamus kebencian dan kata-kata kotor
mereferensikan pribadinya yang temperamen dan arogan. Itulah kekecewaan
yang terus bergumul, keluh kesah yang berlapis tanpa ada keberanian
untuk menyelesaikan dengan bijak.
Ada beberapa kriteria yang
sering dikeluhkan oleh manusia manapun dengan masalah yang sebenarnya
sangat sederhana yang tak seharusnya dikeluhkan.
1. Merasa paling menderita.
Mungkin perasan ini sering menimpa semua orang kala kita menderita,
terluka dan dikecewakan oleh seseorang atau orang yang kita cintai
ataupun orang yang menjadi atasan kita, termasuk musibah. Sehingga punya
persepsi ”aku orang yang paling menderita didunia ini.
Ukuran
materi untuk kebahagiaan dan jenjang karier dan studi untuk kesuksesan
inilah yang membebani hidup kita, padahal kalau berpikir jauh ternyata
tidak sepenuhnya benar ada sisi lain yang terkadang kita lupakan yaitu
rasa bersyukur dengan hal-hal yang tidak pernah dihitung dengan
matematika dbadningkan dengan pedneritaan orang-orang dibawah kita.
”Lihatlah orang yang (penderitaanya) berada dibawahmu, jangan kamu lihat
orang yang ada ditasmu, karena hal itu akan encegah dari prilaku
menghinakan nimat Allah” (HR.Muslim : 2963)
2. Tidak mau melakukan perubahan dan tidak berusaha mencari jalan keluar
Berbahagia dengan penderitaan sampai lupa untuk mengeserkan hidupnya
dari kesulitan, pasrah nrimo dengan penderitaan, mungkin sudah takdir.
Itu sikap kedua kalau kita berhadapan dengan penderitaan yang berat dan
sulit dipecahkan. Padahal bisa saja apa yang terjadi sebenarnya berasal
dari kesalahan manusia itu sendiri. Buang kemalasan, kesedihan dan
merasa gagal untuk segera bangkit. Kesedihan hilang kalau kita berani
melupakannya, begitu juga merasa manusia yang paling gagal akan hilang
manakala kita menyadari kalau kita belum maksimal bekerja. Semua tdiak
cukup hanya mengkalkulasi kegagalan dan kesedihan dan do’a-doa semata
tapi harus bangkit, ”La Tahzan- jangan sedih”, begitu Syaikh Aidh
Alqorni dalam sebuah bukunya.
Begitu juga sahabat Umar bin Khotob
pernah singgah disebuah mesjid, dimana didapati seorang lelaki yang
berdo’a dengan husyu. Usal berdoa, umar menghampirinya dan bertanya,
”Apa yang sedang anda lakukan?””Memohon kepada Allah?”Ujar lelaki itu.
”Memohon apa?”, tanya umar. ”Memohon rizki,”jawabnya singkat. Mendengar
itu Umar bangkit dan berkata, ”sesunguhnya langit tidak akan
menghujankan emas, tidak juga perak”. Dari cerita itu ada istilah tepat
untuk mengatakan kepada orang yang seang memelihara ekmalasannya kecuali
seabagi sutu kejahatan yang besar, karena telah berani emncekik leher
sendiri dengan mau melakukan apa-apa lagi.
3. Selalu yakin akan gagal, sehingga kerja tidak maksimal.
Komitmen mamang istlah yang mudah dicatat tapi sulit untu dilakukan
bagi manusia lemah tekadnya. Tekad, kerja keras atau komitmen akan
membangun optimisme untuk menghadapi kegagalan. Ingat apa yang kita
lakukan selalu ada satu titik hikmah didaalamnya. Rosulullah
mengungkapkan, ”Pesimisme adalah prilaku buruk” (HR. Ahmad). Beliau juga
menegaskan lagi ”Tidak ada ramalan buruk (thiyarah), yang terabik
adalah adalah optimisme (Fa’i) yaitu perkataan baik (HR. Bukhori)
4. Sering ”ngambek” pada orang lain karena merasa orang lain lebih beruntung dari dirinya.
Mungkin kita pernah merasa cemburu melihat teman kuliah, rekan kerja
ataupun mantan anak buah kita yang dulu merasa segalanya berada dibawah
kita ternyata sekarang menjadi orang sukses, ”kenapa kita tidak bisa?”
Pertanyaan itu sering diungkapkan ketika kita merasa frustasi dengan
pekerjaan sekarang. Padahal itu realita, kalau dibalik pertemuan hidup
selalu ada orang yang paling sukses, paling cantik dan paling kaya itu
realita yang bukan sebah impian, tapi sisi lain kita punya potensi dan
kelebihan yang belum diketahui oleh kita sendiri. Artinya kita punya
kelebihan karena orang lain punya kekurangan. Jadi kenapa kita sibuk
membandingkan pribadi kita dengan orang lain, sementara kita terus
bermimpi dalam tidur, bukan bermimpi dalam aktiftas sehari-hari yang
sebenarnya masih banyak yang bisa kita capai, tinggal kita mau mengolah
dan menggali potensi dan peluang diri dan hadapi semua ancaman dari diri
kita yang selalu menghantui setiap langkah kita. Cemburu positif bisa
memotivasi hidup kita jauh lebih berarti.
5. Tidak pandai bersyukur.
Kita tidak pernah bersyukur kalau semua peluang sudah diberikan Allah,
Cuma kita jarang menyimpan kebaikan itu yang terlihat hanya sisi gelap
dan kekurangan yang membuat kita mengumpat dan menyalahkan Allah.
Padahal ada ruang kosong yang belum di lakukan yaitu patut kita
bersyukur. Hati kita sering berkeluh kesah bukti bahwa kita belum
memahami anugrah yang telah dinikmati dan dihabiskan selama ini.
Padahal ”Sesunguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan(Al-Insyirah:6), begitu Allah menyadarkan kita.
Berkeluh kesah, apapun alasannya tidak dibenarkan sebab keluh kesah
tidak menambahkan pada sebab masalah, kecuali masalah yang lebih dahsyat
yaitu kematian hati.kemana kita mengeluh dan mengadu, nabi yaqub As
berdo’a yang diabadikan dalam Al-qur’an, ”Sesunguhnya hanya kepada Allah
aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku dan aku mengetahui dari Allah
apa yang kamu tidak mengetahuinya”(QS.Yusuf:86). Wallahu’alam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar