Seringkali kita berkata,
Ketika semua orang memuji milik
kita...
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah
titipan
Bahwa mobil kita hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumah kita hanyalah
titipan-Nya
Bahwa harta kita hanyalah
titipan-Nya
Bahwa putra kita hanyalah
titipan-Nya
Tetapi, mengapa kita tak pernah
bertanya:
Mengapa Dia menitipkan pada kita ?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada
kita ?
Dan kalau bukan milik kita, apa yang
harus kita lakukan untuk milik-Nya itu ?
Adakah kita memiliki hak atas
sesuatu yang bukan milik kita ?
Mengapa hati kita justru terasa
berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali,
Kita sebut itu sebagai musibah
Kita sebut itu sebagai ujian,
Kita sebut itu sebagai petaka
Kita sebut itu sebagai panggilan apa
saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika kita berdoa, kita minta
titipan yang cocok dengan hawa nafsu kita
Kita ingin lebih banyak harta,
Kingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kita tolak sakit,
kita tolak kemiskinan,
seolah semua "derita"
adalah hukuman bagi kita
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus
berjalan seperti matematika:
Kita rajin beribadah, maka
selayaknyalah derita menjauh dari kita, dan nikmat dunia kerap menghampiri
kita.
Kita perlakukan Dia Yang Maha
Segala-Nya seolah mitra dagang, dan bukan sembahan kita, bukan pencipta kita,
bukan kekasih kita
Kita minta Dia membalas
"perlakuan baik kita",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak
sesuai keinginan kita
Ya Allah...,
Padahal tiap hari ketika mengawali
sholat, kita ucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah...ke pada-Mu
Namun
Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan datang sesungguhnya sama saja....
Kita menolaknya....
Ya Allah....Yang Maha Pengampun
ampunilah kami yang belum sepenuhnya Ikhlas pada setiap ketetapan-Mu
source : http://www.facebook.com/pages/aku-cinta-Allah-Muhammad/122550224521957
source : http://www.facebook.com/pages/aku-cinta-Allah-Muhammad/122550224521957
Tidak ada komentar:
Posting Komentar